AS Asbabun nuzul surat An-Nurr ayat 11 sampai 12: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. TerjemahanSurat at-Tiin ayat 1-8 Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun [*], 2. Dan demi bukit Sinai [**], 3. Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman, 4. Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . 5. TafsirSurah At Taubah Ayat 74 secara spesifik menjelaskan tentang asbabun nuzul ayat, yakni selain telah banyak melakukan sumpah palsu, kali ini mereka berusaha untuk membunuh Rasulullah dengan melakukan berbagai cara. Namun rencana mereka digagalkan oleh Allah swt. Tafsir Surah At Taubah Ayat 74 juga menjelaskan perlakuan baik nabi kepada Suratyasin adalah salah satu surat didalam Al qur'an nomor ke tiga puluh enam (36), dan terdapat delapan puluh tiga (83) ayat. Surah yasin ini termasuk surat makiyyah, artinya surat ini diturunkan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Meskipunmasih banyak perdebatan tentang asbabun nuzul atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya surah Al Fil, satu hal yang pasti adalah kisah ashaabul fiil yang diceritakan surat Al Fil bertepatan dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebab itulah, tahun kelahiran Rasulullah SAW disebut dengan tahun gajah. AsbabunNuzul. Ado babarapo hadits nan manjalehan Asbabun Nuzul surah iko nan mano saluruahnyo mangacu pado inti nan samo iyolah jawaban ateh pamintaan panggambaran sifaik-sifaik Allah dimano Allah itu Aso (Al-Ikhlas:1), sagalo sasuatu bagantuang pado-Nyo (Al-Ikhlas:2), indak baranak jo diparanakkan (Al-Ikhlas:3), jo indak ado nan sataro jo Nyo (Al-Ikhlas:4). . Al-Qur’an diturunkan sedikit demi sedikit selama 23 tahun masa kenabian. Ayat demi ayat diturunkan oleh Allah dalam keadaan yang berbeda-beda. Dalam ranah sosial, ada banyak ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebagai jawaban atas problem yang dialami oleh Nabi Muhammad dan para sahabat. Menyikapi hal ini, para ulama membuka ranah penelitian baru dalam ilmu tafsir yang disebut dengan asbabun nuzul secara bahasa "sebab-sebab atau latar historis turunnya ayat Al-Qur'an", red. Para mufassir Al-Qur’an sepakat bahwa سبب النزول معناه ما نزلت الآية أيام وقوعه متضمنة له أو مبينة لحكمه “Asbabun nuzul adalah diturunkan ayat Al-Qur’an atas sebuah kejadian untuk mengabadikannya atau menjelaskan hukum atas kejadian tersebut.” Di antara contoh asbabun nuzul adalah riwayat yang menjelaskan kejadian yang melatarbelakangi diturunkannya hukum larangan meminum khamr dalam Al-Quran, yaitu “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika dua kabilah dari golongan Anshar mengadakan perjamuan yang disuguhi dengan minuman khamr. Kemudian mereka minum khamr hingga mabuk sehingga terjadilah perkelahian di antara mereka. Ketika mereka telah sadar dari mabuknya, maka sebagian mereka menyadari bekas luka yang ada di wajahnya seraya berkata, Sungguh saudaraku fulan telah melukaiku, seandainya ia berbelas kasihan niscaya ia tidak akan melukaiku’. Terbakarlah permusuhan di antara dua kabilah tersebut karena luka yang mereka dapatkan. Kemudian, Allah menurunkan ayat Al-Qur’an إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah…” QS Al-Maidah 90 Dikecualikan dari definisi asbabun nuzul adalah setiap ayat yang diturunkan tidak sebagai jawaban atas pertanyaan para sahabat ataupun kejadian di masa Nabi Muhammad. Contohnya kisah-kisah umat dan para nabi terdahulu yang diturunkan sebagai peringatan bagi umat Nabi Muhammad. Hal ini disebabkan tidak memenuhi kriteria dari definisi asbabun nuzul yang telah disepakati oleh para ulama tafsir. Sikap para ulama ketika menemukan perbedaan asbabun nuzul dalam satu ayat yang sama adalah sebagai berikut Pertama, ketika ada dua riwayat yang menjelaskan asbabun nuzul pada ayat yang sama dengan kategori riwayat dapat dipercaya maka keduanya dapat diterima sebagai asbabun nuzul pada ayat tersebut tanpa ditolak salah satu dari keduanya. Dan kedua riwayat ini berfungsi sebagai penguat hukum yang dibawa oleh ayat tersebut. Sangat mungkin terjadi sebuah ayat yang sama diturunkan lebih dari satu kali sebagai jawaban atas beberapa kejadian yang terjadi di masa Nabi Muhammad saw. Misalnya, Riwayat pertama, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah Suatu ketika Nabi Muhammad saw sedang berdiri di depan jenazah sahabat Hamzah yang mati syahid. Rasulullah mengatakan Akan aku balaskan dengan terbunuhnya 70 orang dari mereka orang-orang kafir Quraisy sebagai balasan atas wafatmu’. Maka, turunlah Jibril dengan membawa ayat, Dan jika kamu membalas maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu...” QS An-Nahl 126,” HR al-Baihaqi. Riwayat kedua, “Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, Suatu ketika pada perang Uhud terbunuh 64 orang dari kalangan Anshar dan 6 orang dari kalangan Muhajirin. Seseorang dari kalangan Anshar mengatakan, Seandainya terjadi lagi perang dengan mereka orang-orang kafir Quraisy, akan kita bunuh ratusan orang dari golongan mereka’. Maka, ketika terjadi penaklukkan kota Makkah Fathu Makkah turunlah ayat Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu...” QS An-Nahl 126,” HR al-Hakim. Dalam kasus ini, kita tahu bahwa seluruh ayat dalam surat an-Nahl adalah Makkiyah diturunkan di kota Makkah. Maka, dapat disimpulkan bahwa QS An-Nahl ayat 126 diturunkan tiga kali yaitu pertama diturunkan di kota Makkah sebelum nabi hijrah, kemudian di perang uhud sebagaimana riwayat pertama, dan terakhir di kota Makkah pada saat penakhlukkan kota Makkah Fathu Makkah sebagaimana riwayat yang kedua. Kedua, ketika ada dua riwayat yang menjelaskan asbabun nuzul pada ayat yang sama, tetapi riwayat yang pertama dengan redaksi “Ayat ini turun untuk menjelaskan hukum ini” sedangkan riwayat yang kedua dengan redaksi “Ayat ini dengan sebab kejadian seperti ini”; maka ditetapkan riwayat kedua sebagai asbabun nuzul karena memakai redaksi yang lebih jelas dalam menceritakan sebab turunnya ayat tersebut. Misal contoh, Riwayat pertama, “Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau mengatakan “Turunnya ayat “Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu suka. Dan utamakanlah yang baik untuk dirimu… QS Al-Baqarah ayat 223” adalah sebagai penjelasan keharaman menggauli perempuan dari duburnya” HR al-Bukhari. Riwayat kedua, “Diriwayatkan dari Jabir, beliau mengatakan “Dahulu, orang-orang yahudi meyakini bahwa barang siapa yang menggauli istrinya dari arah belakang tubuhnya niscaya anaknya terlahir dalam keadaan buta matanya. Maka, Allah turunkan ayat “Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu suka. Dan utamakanlah yang baik untuk dirimu…QS Al-Baqarah ayat 223” HR Muslim. Dalam kasus ini, ditetapkan riwayat kedua sebagai asbabun nuzul QS Al-Baqarah ayat 223 karena lebih jelas dalam menunjukkan sebab turunnya ayat. Sedangkan riwayat pertama cenderung lebih sebagai ijtihad Ibnu Umar dalam mengambil hukum dari ayat Al-Qur’an. Ada kalanya beberapa ayat diturunkan dengan sebab yang sama. Hal ini sangat banyak terjadi dalam Al-Qur’an. Terkadang sebuah kejadian menjadi sebab turunnya beberapa ayat yang tersebar dalam beberapa surat Al-Qur’an. Misal contoh Riwayat pertama, “Diriwayatkan dari Ummu Salamah, beliau mengatakan “Duhai Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan derajat keutamaan perempuan yang ikut hijrah ke kota Madinah”. Maka, Allah menurunkan ayat “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan…QS Ali Imran ayat 195” HR At-Turmudzi Riwayat kedua, “Diriwayatkan dari Ummu Salamah, beliau mengatakan “Duhai Rasulullah, engkau sering menyebutkan keutamaan laki-laki dan engkau sangat jarang menyebutkan keutamaan perempuan”. Maka, Allah menurunkan ayat “Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya….QS Al-Ahzab ayat 35” HR Al-Hakim Dalam kasus ini, dua ayat yang berbeda diturunkan Allah sebagai jawaban atas permintaan yang sama dari Ummu Salamah, istri Rasulullah saw. Keterangan di atas merujuk pada kitab Ulumul Qur’an karya Dr. Ibrahim Taufiq ad-Dib Kairo, Mesir Maktabah Aiman, 2018. Muhammad Tholhah al Fayyadl, mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Asbabun Nuzul dapat dikatakan sebagai sejarah turunnya sebuah ayat Al-Qur’an. Bisa juga dikatakan sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an. Sebab-sebab yang dimaksud tersebut dapat berupa tempat, waktu, dan peristiwa. Dalam kaitannya dengan asbabun nuzul, Prof Muhammad Quraish Shihab dalam buku karyanya Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat Mizan, 1999 menjelaskan bahwa mayoritas ulama mengemukakan kaidah al-'ibrah bi 'umum al-lafzh la bi khushush al-sabab patokan dalam memahami ayat adalah redaksinya yang bersifat umum, bukan khusus terhadap pelaku kasus yang menjadi sebab turunnya. Sedangkan sebagian kecil dari mereka mengemukakan kaidah sebaliknya, al-'ibrah bi khushush al-sabab la bi 'umum al-lafzh patokan dalam memahami ayat adalah kasus yang menjadi sebab turunnya, bukan redaksinya yang bersifat umum. Di sini perlu kiranya dipertanyakan "Bukankah akan lebih mendukung pengembangan tafsir jika pandangan minoritas di atas yang ditekankan?" Tentunya, jika demikian, maka perlu diberikan beberapa catatan penjelasan sebagai berikut Seperti diketahui setiap asbab al-nuzul pasti mencakup a peristiwa, b pelaku, dan c waktu. Tidak mungkin benak akan mampu menggambarkan adanya suatu peristiwa yang tidak terjadi dalam kurun waktu tertentu dan tanpa pelaku. Sayang, selama ini pandangan menyangkut asbabun nuzul dan pemahaman ayat sering kali hanya menekankan kepada peristiwanya dan mengabaikan "waktu" terjadinya -setelah terlebih dahulu mengabaikan pelakunya- berdasarkan kaidah yang dianut oleh mayoritas tersebut. Para penganut paham al-'ibrah bi khushush al-sabab, menekankan perlunya analogi qiyas untuk menarik makna dari ayat-ayat yang memiliki latar belakang asbabun nuzul itu, tetapi dengan catatan apabila qiyas tersebut memenuhi syarat-syaratnya. Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-'Irfan, Al-Halabiy, Mesir, Cet. III, 1980 Jilid I h. 125 Pandangan mereka ini, hendaknya dapat diterapkan tetapi dengan memperhatikan faktor waktu, karena kalau tidak, ia menjadi tidak relevan untuk dianalogikan. Bukankah, seperti dikemukakan di atas, ayat Al-Qur’an tidak turun dalam masyarakat hampa budaya dan bahwa "kenyataan mendahului/bersamaan dengan turunnya ayat"? Analogi yang dilakukan hendaknya tidak terbatas oleh analogi yang dipengaruhi oleh logika formal al-manthiq, al-shuriy yang selama ini banyak mempengaruhi para fuqaha' kita. Tetapi, analogi Yang lebih luas dari itu, yang meletakkan di pelupuk mata al-mashalih al-mursalah dan yang mengantar kepada kemudahan pemahaman agama, sebagaimana halnya pada masa Rasul dan para sahabat." Yusuf Kamil, Al-'Ashriyun Mu'tazilat Al-Yawm, Al-Wafa' Al-Mansurah, Mesir, 1985 Qiyas yang selama ini dilakukan menurut Ridwan Al-Sayyid adalah berdasarkan rumusan Imam Al-Syafi'i, yaitu "Ilhaq far'i bi ashl li ittihad al-'illah", yang pada hakikatnya tidak merupakan upaya untuk mengantisipasi masa depan, tetapi sekadar membahas fakta yang ada untuk diberi jawaban agama terhadapnya dengan membandingkan fakta itu dengan apa yang pernah ada. Ridhwan Al-Sayyid, Al-Islam Al-Mu'ashir, Naz'at fiAl-Hadhir wa Al-Mustaqbal, Dar Al-'Ulum Al-Arabiyah, Beirut, 1986 Pengertian asbabun nuzul dengan demikian dapat diperluas sehingga mencakup kondisi sosial pada masa turunnya Al-Quran dan pemahamannya pun dapat dikembangkan melalui kaidah yang pernah dicetuskan oleh ulama terdahulu, dengan mengembangkan pengertian qiyas. Fathoni Jakarta - Surat Al Jumuah adalah surat ke-62 dalam Alquran yang diturunkan di Madinah. Nama tersebut diambil dari kata Al Jumuah yang disebut dalam ayat ke-9 yang merujuk kepada hari Al Jumuah merupakan surah ke-105 dari segi urutan turunnya wahyu. Surat Al Jumuah turun sesudah At Tahrim dan sebelum At Taghabun. Surat Al Jumuah terdiri dari-11 ayat menurut perhitungan semua nuzul sebab turunnya Surat Al Jumuah berkenaan dengan peristiwa Shalat Jumat yang ditinggalkan para sahabat untuk melihat kafilah dagang dari Syam. Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah menceritakan, saat itu Rasulullah sedang menyampaikan khutbah Jumat di Juga Tafsir Al Mujadilah Ayat 11 Keutamaan Muslim yang BerilmuLalu kafilah dagang dari Syam tiba di Madinah dan seketika itu pula para sahabat berhamburan keluar masjid menyambut para kafilah tersebut. Sahabat yang tetap duduk mendengar khutbah Rasulullah hanya 12 Allah menurunkan ayat, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau Muhammad sedang berdiri berkhutbah. Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menjelaskan, Surah Al Jumuah menunjuk pada Shalat Jumat, sesuai dengan konteks ayat sembilan surat ini. Namun, hal ini bukan berarti Shalat Jumat baru diwajibkan dengan turunnya surah atau ayat Juga 6 Hak Muslim Terhadap Sesama yang Sering TerlupakanSurat Al Jumuah ayat 9يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ Arti Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Jumat telah dilaksanakan Nabi sejak tibanya di Madinah, bahkan kaum muslimin penduduk Madinah telah melakukannya sebelum Nabi berhijrah. Sementara ulama menilai surah ini turun pada tahun enam Hijrah setelah perang Khaibar, dan bahwa ia turun utama surah ini menurut banyak ulama antara lain Ibn Asyur adalah peringatan tentang pentingnya Shalat Jumat dan perlunya meninggalkan semua aktivitas jika waktunya telah tiba. Karena itu, menurut Ibn Asyur, surat ini memulai uraiannya dengan menyucikan Juga Tafsir Surat Al Fathir Ayat 28 Ulama sebagai Pembimbing UmatMasih merujuk Tafsir Al Misbah, Thahir Ibn Asyur menggarisbawahi bahwa ayat sembilan dan setelahnya adalah tujuan utama Surat Al Jumuah. Kelompok ayat-ayat yang lalu ayat 1-8 dinilainya sebagai pengantar untuk tujuan Al Jumuah ayat lima sampai delapan menjelaskan tentang sifat buruk orang-orang Yahudi yang hendaknya dihindari oleh kaum muslimin. Lalu, dengan mewahyukan ayat sembilan, Allah menekankan pentingnya bersegera memenuhi panggilan-Nya pada hari Yahudi mengabaikan hari Sabtu yang ditetapkan Allah untuk beribadah dan tidak melakukan aktivitas, tapi mereka melanggarnya. Sikap mereka itu dikecam, karena itu kaum muslimin harus mengindahkan perintah Allah meninggalkan aneka aktivitas saat masuk waktu Shalat Juga KH Dedeng Pendidikan Ideal Anak Dimulai Sejak dalam KandunganSurat Al Jumuah ayat 10فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ Arti Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu Jumuah ayat 11وَاِذَا رَاَوْا تِجَارَةً اَوْ لَهْوًا ۨانْفَضُّوْٓا اِلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَArti Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau Muhammad sedang berdiri berkhutbah. Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang Juga Tafsir Surat Al Kahfi Ayat 6 Rasulullah Ingin Semua Manusia Berimanzhd Jakarta - Nabi Nuh AS adalah rasul yang memiliki ketabahan luar biasa dalam menghadapi kaumnya. Namanya diabadikan menjadi sebuah surat dalam Al Quran yaitu surat Nuh Arab نوح merupakan surat ke-71 dalam urutan mushaf Al Quran yang terdiri dari 28 ayat. Surat Nuh diturunkan di Kota Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Surat ini termasuk golongan surat Tafsir Ibnu Katsir, pada permulaan surat ini Allah SWT menceritakan tentang Nabi Nuh AS bahwa Dia telah mengutusnya kepada kaumnya. Dia memerintahkan kepada Nabi Nuh AS agar memberikan peringatan akan datangnya azab Allah sebelum menimpa mereka. Nabi Nuh AS mengajak agar kaumnya mengerjakan apa yang diperintahkan dan membenarkan risalah yang disampaikannya. Jika mereka kaum Nabi Nuh AS mau bertaubat dan kembali ke jalan Allah SWT, niscaya azab itu akan diangkat dilenyapkan dari mereka. Namun, kaumnya tidak mendengarkan apa yang diperingatkan oleh Nabi Nuh bacaan Surat Nuh ayat 1-28 Arab, latin, dan terjemahannya1. إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌArab-latininnā arsalnā nụhan ilā qaumihī an anżir qaumaka ming qabli ay ya`tiyahum 'ażābun alīmArtinya "Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dengan memerintahkan "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih."2. قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌArab-latin qāla yā qaumi innī lakum nażīrum mubīn Artinya "Nuh berkata "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu."3. أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِArab-latin ani'budullāha wattaqụhu wa aṭī'ụn Artinya "yaitu sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku,"4. يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ ۖ لَوْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَArab-latin yagfir lakum min żunụbikum wa yu`akhkhirkum ilā ajalim musammā, inna ajalallāhi iżā jā`a lā yu`akhkhar, lau kuntum ta' "Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui."5. قَالَ رَبِّ إِنِّى دَعَوْتُ قَوْمِى لَيْلًا وَنَهَارًاArab-latin qāla rabbi innī da'autu qaumī lailaw wa nahārā Artinya "Nuh berkata "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang."6. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِىٓ إِلَّا فِرَارًاArab-latin fa lam yazid-hum du'ā`ī illā firārā Artinya "Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari dari kebenaran."7. وَإِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوٓا۟ أَصَٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَٱسْتَغْشَوْا۟ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ ٱسْتِكْبَارًاArab-latin wa innī kullamā da'autuhum litagfira lahum ja'alū aṣābi'ahum fī āżānihim wastagsyau ṡiyābahum wa aṣarrụ "Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka kepada iman agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya kemukanya dan mereka tetap mengingkari dan menyombongkan diri dengan sangat."8. ثُمَّ إِنِّى دَعَوْتُهُمْ جِهَارًاArab-latin ṡumma innī da'autuhum jihārā Artinya "Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka kepada iman dengan cara terang-terangan."9. ثُمَّ إِنِّىٓ أَعْلَنتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًاArab-latin ṡumma innī a'lantu lahum wa asrartu lahum isrārā Artinya "kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam."10. فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًاArab-latin fa qultustagfirụ rabbakum innahụ kāna gaffārā Artinya "maka aku katakan kepada mereka 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun."Artinya "Supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu."21. قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِى وَٱتَّبَعُوا۟ مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًاArab-latin qāla nụḥur rabbi innahum 'aṣaunī wattaba'ụ mal lam yazid-hu māluhụ wa waladuhū illā "Nuh berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka."22. وَمَكَرُوا۟ مَكْرًا كُبَّارًاArab-latin wa makarụ makrang kubbārā Artinya "dan melakukan tipu-daya yang amat besar". لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًاArab-latin wa qālụ lā tażarunna ālihatakum wa lā tażarunna waddaw wa lā suwā'aw wa lā yagụṡa wa ya'ụqa wa nasrā Artinya "Dan mereka berkata "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr". أَضَلُّوا۟ كَثِيرًا ۖ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلًاArab-latin wa qad aḍallụ kaṡīrā, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā ḍalālā Artinya "Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan manusia; dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan."25. مِّمَّا خَطِيٓـَٰٔتِهِمْ أُغْرِقُوا۟ فَأُدْخِلُوا۟ نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا۟ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَنصَارًاArab-latin mimmā khaṭī`ātihim ugriqụ fa udkhilụ nāran fa lam yajidụ lahum min dụnillāhi anṣārāArtinya "Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah."26. وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى ٱلْأَرْضِ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ دَيَّارًاArab-latin wa qāla nụḥur rabbi lā tażar 'alal-arḍi minal-kāfirīna dayyārā Artinya "Nuh berkata "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi."27. إِنَّكَ إِن تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا۟ عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا۟ إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًاArab-latin innaka in tażar-hum yuḍillụ 'ibādaka wa lā yalidū illā fājirang kaffārā Artinya "Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir."28. رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢاArab-latin rabbigfir lī wa liwālidayya wa liman dakhala baitiya mu`minaw wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wa lā tazidiẓ-ẓālimīna illā "Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan."Yuk baca surat Nuh ayat 1-28 sahabat hikmah! nwy/nwy 71. QS. Nuh Nabi Nuh 28 ayat بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اِنَّاۤ اَرۡسَلۡنَا نُوۡحًا اِلٰى قَوۡمِهٖۤ اَنۡ اَنۡذِرۡ قَوۡمَكَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِيَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌ‏ Innaaa arsalnaa Nuuhan ilaa qawmihii an anzir qawmaka min qabli any yaatiyahum 'azaabun aliim 1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dengan perintah, "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih." قَالَ يٰقَوۡمِ اِنِّىۡ لَـكُمۡ نَذِيۡرٌ مُّبِيۡنٌۙ Qoola yaa qawmi innii lakum naziirum mubiin 2. Dia Nuh berkata, "Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰهَ وَاتَّقُوۡهُ وَاَطِيۡعُوۡنِۙ Ani'udul laaha watta quuhu wa atii'uun 3. yaitu sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, يَغۡفِرۡ لَـكُمۡ مِّنۡ ذُنُوۡبِكُمۡ وَيُؤَخِّرۡكُمۡ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى‌ؕ اِنَّ اَجَلَ اللّٰهِ اِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ‌‌ۘ لَوۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ Yaghfir lakum min zunuubikum wa yu'akhkhirkum ilaaa ajalim musammaa; innaa ajalal laahi izaa jaaa'a laa yu'akhkhar; law kuntum ta'lamuun 4. niscaya Dia mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu memanjangkan umurmu sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda, seandainya kamu mengetahui." قَالَ رَبِّ اِنِّىۡ دَعَوۡتُ قَوۡمِىۡ لَيۡلًا وَّنَهَارًا Qoola rabbi innii da'awtu qawmii lailanw wa naharaa 5. Dia Nuh berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, فَلَمۡ يَزِدۡهُمۡ دُعَآءِىۡۤ اِلَّا فِرَارًا Falam yazid hum du'aaa 'iii illaa firaaraa 6. tetapi seruanku itu tidak menambah iman mereka, justru mereka lari dari kebenaran. وَاِنِّىۡ كُلَّمَا دَعَوۡتُهُمۡ لِتَغۡفِرَ لَهُمۡ جَعَلُوۡۤا اَصَابِعَهُمۡ فِىۡۤ اٰذَانِهِمۡ وَاسۡتَغۡشَوۡا ثِيَابَهُمۡ وَاَصَرُّوۡا وَاسۡتَكۡبَرُوا اسۡتِكۡبَارًا‌ ۚ‏ Wa inii kullamaa da'awtuhum litaghfira lahum ja'aluuu asaabi'ahum fii aazaanihim wastaghshaw siyaabahum wa asaarruu wastakbarus tikbaaraa 7. Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka untuk beriman agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya ke wajahnya dan mereka tetap mengingkari dan sangat menyombongkan diri. ثُمَّ اِنِّىۡ دَعَوۡتُهُمۡ جِهَارًا Summa innii da'aw tuhum jihaara 8. Lalu sesungguhnya aku menyeru mereka dengan cara terang-terangan. ثُمَّ اِنِّىۡۤ اَعۡلَـنۡتُ لَهُمۡ وَاَسۡرَرۡتُ لَهُمۡ اِسۡرَارًا Summaa inniii a'lantu lahum wa asrartu lahum israaraa 9. Kemudian aku menyeru mereka secara terbuka dan dengan diam-diam, فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّكُمۡؕ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًا Faqultus taghfiruu Rabakam innahuu kaana Ghaffaaraa 10. maka aku berkata kepada mereka, "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, يُّرۡسِلِ السَّمَآءَ عَلَيۡكُمۡ مِّدۡرَارًا Yursilis samaaa'a 'alaikum midraaraa 11. niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, وَّيُمۡدِدۡكُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّبَنِيۡنَ وَيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ جَنّٰتٍ وَّيَجۡعَلۡ لَّـكُمۡ اَنۡهٰرًا Wa yumdidkum bi am waalinw wa baniina wa yaj'al lakum Jannaatinw wa yaj'al lakum anhaaraa 12. dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu." مَا لَـكُمۡ لَا تَرۡجُوۡنَ لِلّٰهِ وَقَارًا‌ Maa lakum laa tarjuuna lillaahi waqooraa 13. Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah? وَقَدۡ خَلَقَكُمۡ اَطۡوَارًا Wa qad khalaqakum at waaraa 14. Dan sungguh, Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. اَلَمۡ تَرَوۡا كَيۡفَ خَلَقَ اللّٰهُ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا Alam taraw kaifa khalaqal laahu sab'a samaawaatin tibaaqoo 15. Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis? وَّجَعَلَ الۡقَمَرَ فِيۡهِنَّ نُوۡرًا ۙ وَّجَعَلَ الشَّمۡسَ سِرَاجًا‏ Wa ja'alal qamara fiihinna nuuranw wa ja'alash shamsa siraajaa 16. Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita yang cemerlang? وَاللّٰهُ اَنۡۢبَتَكُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ نَبَاتًا ۙ‏ Wallaahu ambatakum minal ardi nabaataa 17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh berangsur-angsur, ثُمَّ يُعِيۡدُكُمۡ فِيۡهَا وَيُخۡرِجُكُمۡ اِخۡرَاجًا‏ Summa yu'iidukum fiihaa wa ukhrijukum ikhraajaa 18. kemudian Dia akan mengembalikan kamu ke dalamnya tanah dan mengeluarkan kamu pada hari Kiamat dengan pasti. وَاللّٰهُ جَعَلَ لَـكُمُ الۡاَرۡضَ بِسَاطًا ۙ‏ Wallaahu ja'ala lakumul arda bisaataa 19. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, لِّـتَسۡلُكُوۡا مِنۡهَا سُبُلًا فِجَاجًا Litaslukuu minhaa subulan fijaajaa 20. agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas

asbabun nuzul surat nuh